Iringan Iman

الحمد للله و شكر الله ل هذه نعمة و صلاة و سلام على رسول الله صل الله عليه وسلام و على اله و اصحابه اجمعين

Tidak terasa sebentar lagi awal dari Bulan yang suci, yakni Bulan Ramadhan. Bulannya bagi kaum muslimin dan muslimah berpuasa secara total lillahi ta'ala pada waktu yang telah ditentukan. 
Tidak sedikit dari kita yang mengerti bahwa pada bulan ini pula terdapat beberapa pintu-pintu kebaikan yang bisa kita dapati insyallah dengan cara yang baik pula. Namun sebelum itu marilah kita simak terlebih dahulu topik yang kali ini akan akan disampaikan. Tentang Iringan Iman

Iman disini sering kita dengar, bahkan sudah tidak asing lagi bagi kita. Tetapi, taukah anda sekalian? Bahwa iman ini bisa melekat kepada orang muslim dan juga kepada orang yang ingkar (kuffar)? Ya, sebagaimana yang telah kita telah ketahui iman disini belum membuktikan apa-apa kebaikan pada diri seseorang, tetapi jika dipergunakan sebaik-baiknya maka insyallah ada kebaikan yang lebih utama dengannya. Dan sebaliknya, jika dibiarkan begitu saja, maka akan rusaklah ia lama-kelamaan seiring dengan waktu yang bergulir tanpa henti.

Mari kita perhatikan salah seorang keluarga Rasulullah saw, ia bernama Abu Tholib, yang sering kita kenal sebagai pamannya. Sudah mafhum diantara kita mengenal dan mengerti bahwa seorang lelaki ini berpihak kepada Rasulullah saw, dan ia pun beriman. Bagaimana berimannya ia? Ia meyakini bahwa kebenaran itu berada pada Muhammad saw, dan ia pun membela Muhammad saw, tidak menyerahkan Muhammad saw kepada kaum Quraisy yang ketika itu ingin menghabisi beliau. Tetapi, iman yang ia miliki belum ia gunakan sebaik-baiknya. Hingga di akhir hayatnya, bukannya Muhammad saw yang ia dengar, tetapi bisikan keraguan yang ia dengar. Hal ini muncul akibat kaum petinggi Quraisy pernah memberikan petuah untuk tidak meninggalkan agama nenek moyang mereka kepadanya. Na'udzubillah min dzalik.

Iman tidak ada gunanya kalau tidak ada penggunaan yang sebaik-baiknya, dan itu ada pada pembuktiannya karena saling mengiringi satu sama lain. Yaitu amal dan azam.
Amal dan azam ini erat kaitannya dengan identitas diri, karena amal dan azam ini bermula dari ketetapan hati, dan kesungguhannya dapat terlihat dari berbagai manifestasi pada kegiatan keseharianny. 

Coba perhatikan kisah dibawah ini;
Ada salah seorang dari kita yang mengatakan bahwa ia ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Tetapi ia tidak pernah keluar dari kamarnya, ia juga tak pernah keluar dari rumahnya, padahal ia memiliki kaki, ia memiliki tangan, ia memiliki kemampuan untuk bergerak keluar. Dan ia pun tidak berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Lalu dimanakah letak kesungguhannya amalnya atas azam yang ia katakan ingin menjadi orang yang berguna bagi orang lain? Kalau ia tidak mulai untuk keluar, dan berkomunikasi dengan yang lain?

Ada yang kurang disana, bukankah begitu? Jika sudah jelas ada azamnya seseorang tadi seharusnya ada pula amalnya. Tetapi apa yang menjadi penghalang akan amal tersebut sehingga azam tadi menjadi sebuah omong kosong belaka?

Azamnya tadi masih kosong. Belum terisi apa-apa. Seperti sebuah gelas yang baru saja ia dapatkan tetapi tak ada airnya. Tentu gelas itu penting, tetapi jika tidak ada isinya, lalu mau diisi dengan apa? Dibiarkan kosong atau diisi dengan hal yang lain?
Azam tadi harus diisi, dengan beberapa hal yang insyallah dapat menjadi sesuatu yang berharga! Beberapa diantaranya adalah;

1) Dakwah; Menyeru kepada yang lain untuk bersama-sama melakukan hal yang ia lihat kebaikannya. Ceritakan dan sampaikan kepada yang lain! Tentu apa yang disampaikan ini bukanlah keburukan, dan bukan pula kita ingin agar orang lain menghalau kita atas apa yang kita sampaikan. Sudah jelas azam yang satu ini merupakan kebaikan. Kalau begitu sampaikan! Dengan dasar ia ingin orang lain pun melakukan dan mendapatkan kebaikan yang sama. Bukankah sudah jelas bahwa tidak sempurna iman seseorang itu kecuali apa yang ia sukai bagi saudaranya sama halnya atas apa yang ia sukai bagi dirinya? (HR. Bukhairi & Muslim) Lihat bahasan Ikhwatul Iman wal islam. 

2) Do'a; Meminta kekuatan dan kemudahan kepada Allah. Karena hidayah, pertolongan, dan jalan keluar itu datang semua dengan idzin dariNya. Manusia boleh berencana setinggi gunung, atau bahkan setinggi bulan dan bintang. Tetapi hasil dan aktualnya, berada pada kekuasaan tertinggi, yakni Allah jua. Maka dapatkan idzin dariNya. Minta! dan jangan menjadi orang yang lupa untuk meminta padaNya! Padahal kita tau yang Maha Kuasa itulah yang Maha Sempurna dan Maha Memiliki Segalanya! Allah pernah befirman dalam salah satu ayatnya; dan berdo'alah kepadaku niscaya aku kabulkan (QS. Al Mu'min / Ghofir : 60) . Syaratnya? Ta'at padaNya dan jauhi laranganNya. Lihat bahasan Ibrah sebuah Buku Sedekah Cinta.

Dengan begitu insyallah azam ini akan tetap teguh serta amal pun akan dilakukan pula dengan idzinNya. Sedikit demi sedikit akan ternampak apa saja yang harus ditempuh untuk menggapai suatu tujuan yang telah kita tentukan dari Azam yang teguh tadi.

Jadi, sahabat-sahabatku, siap melakukan peningkatan amal dan azam hari ini?

.
سبحانك اللهم وبحمدك اشهدان لااله الا انت استغفرك واتوب اليك

Comments

Popular posts from this blog

Bermula dari kebiasaan

Arah Tindakan

Dalam Keadaan Apapun Mintalah PadaNya