Perlunya akan sebuah hikmah


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد للله و شكر الله ل هذه نعمة و صلاة و سلام على رسول الله صل الله عليه وسلام و على اله و اصحابه اجمعين

Alhamdulillah. Sahabat setia muslimin & muslimah,
kali ini kita dapat melanjutkan kembali beberapa pelajaran secara tidak langsung melalui tulisan disini, insyallah.

"Tak lama sesudah bulan Muharram, masuklah Safar,
Tak lama setelah Sya'ban, masuklah Ramadhan,
Kalaulah dahulu terdapat beberapa catatan-catatan hitam milik kita,
Sudah saatnya kali ini kita ganti dengan kesungguhan yang berbeda dari sebelumnya,
Dengan catatan amalan sholeh kita tukar kepribadian kita dan juga keseharian kita, lillah,
Kerena Allah, insyallah." -

Ramadhan, yakni bulan yang penuh keberkahan, magfirah, dan bahkan keutamaan-keutamaan lainnya senantiasa terdengar dimana-mana. Allah memberikan kesempatan terbaik bagi tiap orang-orang yang beriman untuk beramal dan bermu'amalah semaximalnya di bulan ini. Dan pahala bagi setiap pengamalnya lebih banyak karena dilipatgandakan lebih dari biasanya. Subhanallah!

Dari secarik kertas, dapat kita temukan buah dari tulisan-tulisan. Dari sebuah masjid pun, dapat kita perdengarkan beberapa pelajaran berharga. Namun tulisan dan juga pelajaran disini, tidaklah akan masuk ke dalam hati seseorang kalau Allah tidak mengizinkan hati seseorang tadi terbuka. Untuk itu, jangan lupa agar meminta hidayah dilimpahkan kepada kita.  Sehingga tidak cuma rezeki (makanan dan harta) saja yang kita pinta, tetapi juga hidayah. Pintakan kepada allah akan Hidayah!

Perhatikan saudara-saudara kita yang masih terlena, dan ragu akan keberkahannya dari hikmah yang dapat kita petik pada setiap pelajaran addinul-islaam ini. Betapa tidak? Keraguan itu muncul karena adanya keterikatan antara hati dengan apa yang dicintainya, dalam hal ini, jelas salah satu diantaranya yaitu pekerjaan, atau bahkan anak-anak & istri, atau juga bahkan harta yang jelas-jelas nampak oleh kasat mata. Yang mana telah kita ketahui sebenarnya, bahwa sebaik-baik alat ialah alat yang digunakan karena allah. Dan kalaulah harta, anak, istri, dan juga pekerjaan menjadi penghalang di jalan allah.... apakah dapat kita sebut diri kita sebagai orang yang bersyukur? Astagfirullah. Jadikan kesemua pemberian yang telah Allah berikan ini sebagai alat di jalan allah, gapai ridhoNya!

Allah tidak buta, Allah tidak pula bisu, Allah bukan manusia, Allah bahkan tidak sama seperti layaknya makhluk-makhluk yang kita ketahui wujudnya! Maka percayalah bahwa kasih sayangNya lebih besar dan senantiasa ada bagi orang-orang yang beriman dan ber'amal di jalanNya. Bukankah selama ini Allah yang memberikan rezeki kepada sesiapa yang Ia kehendaki, dan Ia pula yang menentukan kadar-kadarnya masing-masing? Itu menjadi salah satu dasar, bahwa Allah bukan yang merugikan hamba-hambaNya! Apalagi yang kita risaukan? Tegarlah wahai saudaraku, ujian akan selalu ada! Karena Ujian diberikan bukan untuk menghinakan orang-orang muslim yg taqwa, melainkan orang-orang fasik/ingkar!

Tidak cukupkah masa lalu kita? Tidak cukupkah kekurangan kita? TIdak cukupkah penderitaan kita yang jauh karena pemahaman agama kita yang minim seperti saat ini? Lantas, apakah ingin kita biarkan begitu saja generasi penerus kita setelah ini? Duhai merugilah kita kalau seperti itu! Dulu, orang-orang berilmu merisaukan anak keturunannya akan pemahaman iman dan amal sholeh. Sementara saat ini, kita yang telah dibukakan dengan berbagai ilmu keduniaan, memiliki harta dan juga kesempatan yang luar biasa kesana-kemari dengan kemudahan yang lebih dari sebuah unta. Tetapi kita malah merisaukan anak keturunan kita akan harta dan juga tempat tinggal dihari esok?! Astagfirullah, allahummagfirlanaaa....

ما أهدى مسلم لأخيه هديه أفضل من كلمة حكمة
(Tidaklah terdapat hadiah yang paling afdhal dari seorang mu'min kepada saudaranya melainkah sebuah kalimat hikmah : HR. Baihaqi)

Kalau sampai saat ini kita baru beramal bukan karena landasan agama, lantas bagaimana dengan saudara-saudara kita, tetangga kita, kawan-kawan kita? Yang nanti akan bertanya, dan bahkan bisa jadi berselisih pendapat karena al-fahmu dalam agama, sementara kita tak memiliki sedikitpun tentang pemahaman ilmu yang ada? Bukankah dari riwayat Baihaiqi diatas, kita diingatkan untuk dapat memberikan pelajaran yang terbaik? Melalui hikmahlah, karena itu hadiah bagi mereka. Dan hikmah yang terbaik disini, karena Allah dan tentu ada di jalan yang Allah ridho. Didapat dari mana sebuah hikmah itu? Dari ilmu wahai saudaraku! Dari ilmu! Bukan dari pintu kamar tidur!
Perintah Allah dalam qur'an:

فاسألواأهل الذكرإن كنتم لاتعلمون
(Maka bertanyalah kamu ke para ahli jika kamu tidak mengetahui : QS. An-Nahl: 43)

Kalau begitu, Ilmu apa yang saat ini telah kita dapatkan dan kita tunaikan karena Allah dan untuk agama Allah?

Semoga ini menjadi pemicu bagi kita hari ini yang masih diberikan kesempatan bernafas untuk  memperdalam lagi serta mengamalkan sesuatu karena agama Allah, karena Islamlah!Sehingga apabila terdengar oleh orang musyrik, maka.... semoga Hidayah allah berikan padanya dengan pemahaman Islam. Aamiin. Dan apabila terjadi diantara orang-orang beriman, maka.... semoga terlimpah kasih sayang pada mereka karena Ikhwatul Muslimin dari Islam pula.

Yang benar datangnya dari Allah, yang salah dari ana pribadi.
.
سبحانك اللهم وبحمدك اشهدان لااله الا انت استغفرك واتوب اليك

Comments

Popular posts from this blog

Bermula dari kebiasaan

Arah Tindakan

Dalam Keadaan Apapun Mintalah PadaNya