Ibrah Sebuah Buku Sedekah Cinta

Bismillahirrahmannirrahim.
بسم الله الرحمن الرحيم


Akhi & Ukhti,
Setiap orang memiliki pandangannya masing-masing yang ia percaya dan ia jadikan sebagai bahan atau tiang akan pendirian sebuah perjalanan. Dalam setiap perjalanan pasti ada pula kesulitan itu dan penyelesaiannya senantiasa mengiringinya.
Kecenderungan kita adalah memilih mana yang lebih disukai. Jika terdapat dua buah jalan, yang satu berkerikil, dan yang satunya lagi mulus. Kecenderungan kita yang menyukai ketentraman, kenyamanan, pasti akan memilih jalan yang mulus. Berbeda dengan orang yang memang menginginkan adalah riyyadoh (latihan), sebut saja pemain Off-Road atau bahkan Moto-Cross, lebih menyukai jalan yang berkerikil bahkan berlumpur, karena kesukaannya ada disana.
Kita bisa memilih ingin menjadi orang yang berlatih, atau yang beristirahat? Keduanya pilihan. Yang masih saja bisa dipikirkan jika ini, maka... jika itu, maka... dan lagi-lagi tergantung kemana arah yang kita inginkan. Dan tergantung kapan waktunya.
Menariknya, di dalam kehidupan ini terdapat batasan yang tidak kita ketahui kapan sampainya. Bisa saja esok, bisa saja nanti jam 12, bisa saja 5 menit lagi, ya kita akan benar-benar terbatas. Wujud kita akan berakhir dari atas muka bumi.
Saat ini banyak sekali diantara kita yang menginginkan sesuatu tetapi bersedih karena sampai saat ini tak mampu menggapai apa yang diinginkan. Betul ya? Jika saja kita tau mengapa pemberian itu belum pula muncul, mungkin kita akan lebih tenang daripada bersedih karena ketiadaan pemberian tadi. Tetapi bukankah Allah lebih Mengetahui mana yang lebih pantas buat kita? Apalagi jika dibandingkan dengan keinginan kita yang tak mengetahui siapa kita, lalu kenapa harus bersedih jika tak juga memperoleh apa yang diinginkan?

Akhi & Ukhti,
Beberapa hari yang lalu, ana teringat akan salah satu kisah yang disampaikan oleh buku Sedekah Cinta yang telah disusun oleh ibu Diana Ekarini dan Ary Nilandari. Didalamnya mengisahkan tentang perjuangan orang tua dengan memiliki anak yang sakit-sakitan.
Keadaan ini mungkin berbeda sekali dengan keadaan kita saat ini yang memiliki kemampuan berlari, bermain-main, bahkan meluangkan waktu yang banyak sekali di antara kesibukan siang dan malam.
ibu Diana Ekarini dan Ary Nilandari ingin mengingatkan kembali akan kenyataan tadi. Bahwa kita berkesempatan untuk menjadi hamba Allah yang diberi olehNya. Allah lah yang Maha Tahu jawaban terbaik bagi kita. Begitu pula dengan pemberian solusi dari tiap permasalahan yang ada. Pilihannya, mau atau tidak mendapatkan solusi dari Allah atas tiap masalah yang ada? Atau mau solusi lain (selain Allah)? Hati-hati... bedanya setipis rambut!
Dalam buku tadi disampaikan mengenai amal perbuatan baik kita yang bisa saja terjadi berulang kali, namun pada saat yang sama kita kehilangan kesadaran bahwa pengharapan itu penting untuk disandarkan kepada Allah. Ya, sehingga hasilnya pun berbeda. Beruntungnya, selagi hayat masih dikandung badan, kita masih bisa mengambil remedial (repeat / pengulangan / berbalik untuk perbaikan).
Beramal sholeh karena berpengharapan Allah yang membalasnya bukan menjadi masalah. Yang menjadi masalah itu jika berpengharapan kepada selain Allah yang memberi. Itu baru masalah. Sudah melihatkan berapa banyak orang yang mengejar harta, lupa akan Penciptanya dan tak ingin dekat kepadaNya? Ya, semoga saja kita bukan di kelompok orang-orang itu.
Allah Maha Pemberi, setiap orang diberikan modal yang sama, yakni 24 jam. Setiap orang modalnya sama tetapi berbeda-beda kemana arah jalan yang diinginkan. Yang satu menjadi penulis buku yang menebarkan manfaat bagi orang lain, yang satu lagi menjadi penghias kegelapan malam di dunia malam. Yang satu menjadi penyantun anak-anak yatim, yang satunya lagi menjadi pemeras setiap orang yang melintas. Sama modalnya, beda pilihannya, berbeda pula arahnya.
Dan ternyata Allah memperbolehkan kita untuk berpengharapan padaNya.

Ingat,

Ud'uuuniii astajib lakum.
ادعوني استجب لكم
Berdo'alah (berpengharapanlah) padaku, maka kan kujawab. 
(Al Mu'min / Ghafir : 60)


Kita berharap bukan pada bendaNya itu saja, tetapi berpengharapanlah padaNya. Sedikit sekali perbedaannya, setipis helai rambut yang benar-benar tak nampak dari kejauhan tetapi jika dipegang, disentuh, dan diperhatikan dengan seksama maka akan nampak wujudnya.
Aku berharap akan Allah yang memberiku. Bedakan dengan
AKu berharap akan pemberian itu (sebut: buku, kursi, emas, dsb). Beda ya?
Karena Allah itu Maha Pemberi, jika kita melakukan satu kebaikan maka akan dibalasnya lebih dari satu kebaikan. Masih ingat akan satu amal kebaikan akan dicatat sebanyak 10x nilai ganda? Sementara satu amal keburukan takkan dicatat melainkan hanya 1x nilai saja? Ya, memang itulah Allah yang Maha Pemberi, Maha Bijaksana, dan Maha Kasih Sayang terhadap hamba-hambaNya.
Ya kita lakukan sesuatu kebaikan, maka Allah automatis akan memberi dengan ganjaran yang Lebih baik. Take note, itu kenyataan.
Jika setiap amal perbuatan baik mampu ditekankan dengan berdzikir, tetap connected kepada Allah agar pengharapan itu synchronize dengan amal kebaikan, insyallah niatnya masih sama, yaitu Lillahi ta'ala (karena Allah semata). Dan tentu lama kelamaan, pasti akan dijumpai titiknya, yaitu titik hasil dan Allah pasti akan memberikan itu termasuk bonusnya. Alhamdulillah.

Akhi & Ukhti,
Ilmu Allah itu tidak diketahui batasannya oleh kita yang hanya seorang manusia. Jika diumpamakan dengan celupan telunjuk pada air laut, maka setetes itulah ilmu kita. Sementara sisanya, laut tadi yang tak nampak ujungnya dipenghujung mata memandang itulah seumpama Ilmu Allah tak berujung.
Meskipun ini hanyalah sedikit dari Ibrah yang terdapat dalam buku tersebut. Semoga saja ikhtibar kali ini yang ingin ana bagikan kepada rekan-rekan semua dapat menjadi manfa'at yang berkah.
Dan, beruntunglah untuk orang-orang yang menyegerakan dalam memberi. Dan beruntunglah untuk orang-orang yang tidak memaksakan untuk diberi.
Jadikanlah setiap ibrah ini sebagai refleksi hati sehingga dapat menjadi cerminan kepribadi yang hasan (baik). Apakah dapat kita menjadi lebih bersyukur 'tuk memberi?
 
Insyallah mengenai pembahasan ini akan dilanjutkan lagi pada artikel berikutnya.

Subhanakallahumma wabihamdika astagfiruka waatubu ilaik.
سبحانك اللهم وبحمدك اشهدان لااله الا انت استغفرك واتوب اليك

Comments

Popular posts from this blog

Bermula dari kebiasaan

Arah Tindakan

Dalam Keadaan Apapun Mintalah PadaNya