Kehendak dan Allah
Allahumma sholli 'ala sayyidina muhammad wa'ala alihi wa ashabihi ajma'in.
Alhamdulillah, alhamdulillah, lagi-lagi alhamdulillah. Ternyata kesempatan masih diberikan pada kita yang sampai saat ini dapat bernafas tanpa tabung oksigen yang berat melebihi berat badan kita.
Baru saja malam yang membenamkan keramaian berubah menjadi malam yang menggemakan akan lantunan ayat-ayat al-qur'an. Ya, itulah qira'at dari sebuah kitab suci pegangan kaum muslim di seluruh alam, sebuah pengakuan yang tak'kan pernah terlepaskan bagi mereka yang meyakininya.
Malam ini, alhamdulillah, ada sesuatu yang ingin kusampaikan sebagai kabar gembira dan juga peringatan bagi diriku pribadi dan rekan-rekan sekalian yang bersedia hadir saat ini.
Dapat kusampaikan bahwa tidak sedikit dari rekan-rekan sekalian yang sering mendengar tentang suatu perkataan ini, yaitu "Kehendak". Setelah mampu melihat sesuatu, maka sangat wajar ketika kita menginginkan sesuatu tersebut. Pertama terlihat dari warna merahnya, lalu hijaunya, lalu kuningnya, atau warna-warna lainnya yang begitu mempesona, sehingga terbesit di dalam diri kita sebuah cetusan-cetusan mungil, yang lama-kelamaan menjadi sebuah inspirasi, bahan racikan penting pembentuk "Kehendak".
Sampai suatu ketika, pada tahap dimana waktu mengantarkan kepada keadaan yang diinginkan, hampir saja keadaan itu terjadi, tetapi ternyata apa yang diinginkan tidak tercapai, tidak tergapai, dan tidak didapati... Lalu apakah yang terjadi dengan kita, rekan-rekan sekalian? Banyak dari kita yang menyatakan "bersedih" ketimbang "gembira". Tidak ada kesalahan tiap pribadi dari kita yang bersedih, karena antara mata dan hati yang kemudian mengeluarkan air mata itu semua dari Allah, Sang penguasa seluruh Alam.
Ada hal yang perlu kita perhatikan tatkala keinginan kita masih terikat dengan hal yang belum tercapai, tanpa harus "mencela" atau bahkan "menjauh" dari Allah, Sang penguasa diriku dan juga diri rekan-rekan sekalian. Kali ini, mari kita ingat kembali, siapakah itu Allah?
Alhamdulillah, alhamdulillah, lagi-lagi alhamdulillah. Ternyata kesempatan masih diberikan pada kita yang sampai saat ini dapat bernafas tanpa tabung oksigen yang berat melebihi berat badan kita.
Baru saja malam yang membenamkan keramaian berubah menjadi malam yang menggemakan akan lantunan ayat-ayat al-qur'an. Ya, itulah qira'at dari sebuah kitab suci pegangan kaum muslim di seluruh alam, sebuah pengakuan yang tak'kan pernah terlepaskan bagi mereka yang meyakininya.
Malam ini, alhamdulillah, ada sesuatu yang ingin kusampaikan sebagai kabar gembira dan juga peringatan bagi diriku pribadi dan rekan-rekan sekalian yang bersedia hadir saat ini.
Dapat kusampaikan bahwa tidak sedikit dari rekan-rekan sekalian yang sering mendengar tentang suatu perkataan ini, yaitu "Kehendak". Setelah mampu melihat sesuatu, maka sangat wajar ketika kita menginginkan sesuatu tersebut. Pertama terlihat dari warna merahnya, lalu hijaunya, lalu kuningnya, atau warna-warna lainnya yang begitu mempesona, sehingga terbesit di dalam diri kita sebuah cetusan-cetusan mungil, yang lama-kelamaan menjadi sebuah inspirasi, bahan racikan penting pembentuk "Kehendak".
Sampai suatu ketika, pada tahap dimana waktu mengantarkan kepada keadaan yang diinginkan, hampir saja keadaan itu terjadi, tetapi ternyata apa yang diinginkan tidak tercapai, tidak tergapai, dan tidak didapati... Lalu apakah yang terjadi dengan kita, rekan-rekan sekalian? Banyak dari kita yang menyatakan "bersedih" ketimbang "gembira". Tidak ada kesalahan tiap pribadi dari kita yang bersedih, karena antara mata dan hati yang kemudian mengeluarkan air mata itu semua dari Allah, Sang penguasa seluruh Alam.
Ada hal yang perlu kita perhatikan tatkala keinginan kita masih terikat dengan hal yang belum tercapai, tanpa harus "mencela" atau bahkan "menjauh" dari Allah, Sang penguasa diriku dan juga diri rekan-rekan sekalian. Kali ini, mari kita ingat kembali, siapakah itu Allah?
....
.............
.......
............
................
..............
.....
..................
........................ Mengapa bertanyakan tentang "Siapa itu Allah?"
Tidak perlu dibenci, tidak perlu dijauhi, ketika dibincangkan sebuah permasalahan, ada saja kata "Allah" lagi yang disebut-sebut. Ada yang mengatakan, Allah itu Yang Memiliki Seluruh Warna. Ada yang mengatakan, Allah itu Yang Menguasai diriku dan dirimu. Ada pula yang mengatakan, Allah itu Yang Maha Kasih dan Sayang. Ooo, ternyata rekan-rekan sekalian masih mengingat tentang Allah. Alhamdulillah, karena;
(QS. Ar-Ra'd: 28)
Alladziina aamanuu, wa taThma innu Quluubuhum bidzikrillah.
'Alaa bidzikkrillah Tath-ma Innul Qulub.
Yakni orang-orang yg beriman dan hati mereka mengingat Allah (mnjadi tentram).
Dengan berdzikir kepada Allah, hati menjadi tenang.
Alladziina aamanuu, wa taThma innu Quluubuhum bidzikrillah.
'Alaa bidzikkrillah Tath-ma Innul Qulub.
Yakni orang-orang yg beriman dan hati mereka mengingat Allah (mnjadi tentram).
Dengan berdzikir kepada Allah, hati menjadi tenang.
Ya, memang benar. Karena dia sumber segala kebaikan dan ketenangan. Dia-lah Allah yang menegakkan setiap mahkluk di atas muka bumi, baik yang nampak maupun yang tidak nampak oleh mata kita. Namun, seringsekali setiap ucapan kita, melambangkan kealfaan, kekhilafan, bahwa Allah Yang mendirikan, bukan Kita yang mendirikan sesuatu.
Lalu kita coba hubungkan suatu keinginan yang tak tercapai tadi dengan Sang Pencipta. Sehingga terkadang timbul pertanyaan, "mengapa Allah tidak memberi keadaan yang diinginkan? Mengapa Allah tidak menolong untuk menggapai keadaan yang diimpikan? Mengapa, mengapa, mengapa, mengapa,..." hingga larut malam..... Tidak dapat dipungkiri, ternyata masih banyak lagi tanda tanya dari tiap pertanyaan yang diawali dengan kata "mengapa" dan "mengapa".
Disini peranan kita, sebagai ikhwan & akhwat yang muslim & muslimah, sebagai pengingat, pemberi pesan, pemberi saran, bahwa Allah memiliki yang terbaik dari apa yang pernah kita inginkan, karena Allah Yang Memiliki Segala Ilmu. Bukan kita yang memilikiNya.
Maka patutlah kita nyatakan benar, ketika dikatakan
Lalu kita coba hubungkan suatu keinginan yang tak tercapai tadi dengan Sang Pencipta. Sehingga terkadang timbul pertanyaan, "mengapa Allah tidak memberi keadaan yang diinginkan? Mengapa Allah tidak menolong untuk menggapai keadaan yang diimpikan? Mengapa, mengapa, mengapa, mengapa,..." hingga larut malam..... Tidak dapat dipungkiri, ternyata masih banyak lagi tanda tanya dari tiap pertanyaan yang diawali dengan kata "mengapa" dan "mengapa".
Disini peranan kita, sebagai ikhwan & akhwat yang muslim & muslimah, sebagai pengingat, pemberi pesan, pemberi saran, bahwa Allah memiliki yang terbaik dari apa yang pernah kita inginkan, karena Allah Yang Memiliki Segala Ilmu. Bukan kita yang memilikiNya.
Maka patutlah kita nyatakan benar, ketika dikatakan
(QS. Luqman: 27)
Walauu Annamaaa fiil ardhi minn Syajaratin AQlaamuwwal bahru yamudduhuU
mimba'-dihii sab'atu abhurimmaa nafidat kalimaatullah.
Innalaha 'aaziizun hakiim.
Dan sekiranya, pepohonan dimuka bumi dijadikan pena dan lautan (mnjadi tinta), lalu ditambah
dgn tujuh lautan (lagi) sesudah (kering), maka tidak akan habis kalimat Allah.
Sungguh, Allah Maha Kuasa, Maha Bijaksana.
Walauu Annamaaa fiil ardhi minn Syajaratin AQlaamuwwal bahru yamudduhuU
mimba'-dihii sab'atu abhurimmaa nafidat kalimaatullah.
Innalaha 'aaziizun hakiim.
Dan sekiranya, pepohonan dimuka bumi dijadikan pena dan lautan (mnjadi tinta), lalu ditambah
dgn tujuh lautan (lagi) sesudah (kering), maka tidak akan habis kalimat Allah.
Sungguh, Allah Maha Kuasa, Maha Bijaksana.
Dengan keadaan kita yang mempertanyakan tentang satu sebab kepada sebab lainnya, ini dan itu, sungguh tidak ada ubahnya kita yang menjadi ayat-ayat Allah. Apa itu? Tanda-tanda (milikNya) Allah. Tanda-tanda (dariNya) Allah. Tanda-tanda (keBesaranNya) Allah. Dan kini tanda-tanda itu semakin jelas, bahwa apapun pengetahuan yang kita miliki, tidaklah patut untuk mencela, apatah lagi menyombongkan diri. Karena, jika diambil sebuah perumpamaan antara ilmu kita dengan keadaan yang sebenarnya, sungguh diumpamakan dengan sebutir pasir ditengah padang pasir, maka apakah daya, apalah artinya, sungguh begitu kecilnya.....
Patutkah kita kufur dengan sebutir pasir itu? Patutkah kita menjadi angkuh dengan sebutir pasir itu? Patutkah kita membiarkan diri kita dan pikiran kita terlena, hingga melupakan Dia, Sang Pemiliki Segalanya, Allah? Sudah cukup, tidak perlu ditambah lagi keburukan ini ke dalam diri kita.
Lalu mengapa Allah belum mempertemukan keadaan yang kita inginkan?"
Inilah manusia, Allah titipkan keadaan yang sebaik-baiknya. Inilah manusia yang Allah titipkan tenaga, akal, fikiran, suara, pendengaran, pengelihatan, sampai kepada titipan yang tidak terlihat pun Allah berikan,.... yaitu nafas.
Manusia ini memang tidak pernah dengan mudah untuk menelan suatu perkataan yang dikenal dengan istilah, "Syukuur". Seketika memiliki sesuatu, ingin yang lain. Ada yang lain, ingin lagi sesuatu, begitu seterusnya. Cobalah sebutkan, apa yang pernah Allah berikan pada kita dari saat kita lahir sampai saat ini. Walhal! Tak'kan mampu disebutkan semuanya, saking banyaknya.
Itulah Allah, yang tentu saja berbeda dengan makhluk-makhlukNya, dan tidak akan pernah sama! Ia mengetahui apa yang saat ini kuucapkan dalam benak pikiranku, bahkan dalam benak pikiran rekan-rekan sekalian pun Ia mengetahuinya. Tidak mungkin Allah menjauhkan sesuatu dari kita, kalau bukan........ Kalau bukan, pasti Allah akan mendekatkan kita kepada Yang lebih baik dari yang kita pernah pinta. Yakini itu hingga nafas berakhir dan jangan pernah tinggalkan keyakinan itu. Karena Allah, sesuai dengan apa yang kita sangka.
Tidak patut untuk kita kufur, lalu tersungkur kedalam kebencian Ilahi. Karena Allah bukan beserta orang-orang yang tidak pandai bersyukur atas ni'mat-ni'matnya. Allah senantiasa bersama orang-orang yang selalu meminta padaNya, bukan pada yang lain.
Semoga kita selalu memohon kepada Allah agar dijadikan golonganNya yang senantiasa bersyukur tanpa menyakiti makhluk-makhlukNya di atas muka bumi ini. Dan kita selalu ikhtiar seraya mengingatkan rekan, kerabat, keluarga kita, agar senantiasa mendekat pada Allah dengan cara yang baik dan benar, insyallah.
Mari kita tutup dengan tasbih kifarah,
subhanakallahumma wabihamdika ashadualla ilaaha illa anta, astagfiruka wa-atubuh ilaiiih.
Patutkah kita kufur dengan sebutir pasir itu? Patutkah kita menjadi angkuh dengan sebutir pasir itu? Patutkah kita membiarkan diri kita dan pikiran kita terlena, hingga melupakan Dia, Sang Pemiliki Segalanya, Allah? Sudah cukup, tidak perlu ditambah lagi keburukan ini ke dalam diri kita.
Lalu mengapa Allah belum mempertemukan keadaan yang kita inginkan?"
Inilah manusia, Allah titipkan keadaan yang sebaik-baiknya. Inilah manusia yang Allah titipkan tenaga, akal, fikiran, suara, pendengaran, pengelihatan, sampai kepada titipan yang tidak terlihat pun Allah berikan,.... yaitu nafas.
Manusia ini memang tidak pernah dengan mudah untuk menelan suatu perkataan yang dikenal dengan istilah, "Syukuur". Seketika memiliki sesuatu, ingin yang lain. Ada yang lain, ingin lagi sesuatu, begitu seterusnya. Cobalah sebutkan, apa yang pernah Allah berikan pada kita dari saat kita lahir sampai saat ini. Walhal! Tak'kan mampu disebutkan semuanya, saking banyaknya.
Itulah Allah, yang tentu saja berbeda dengan makhluk-makhlukNya, dan tidak akan pernah sama! Ia mengetahui apa yang saat ini kuucapkan dalam benak pikiranku, bahkan dalam benak pikiran rekan-rekan sekalian pun Ia mengetahuinya. Tidak mungkin Allah menjauhkan sesuatu dari kita, kalau bukan........ Kalau bukan, pasti Allah akan mendekatkan kita kepada Yang lebih baik dari yang kita pernah pinta. Yakini itu hingga nafas berakhir dan jangan pernah tinggalkan keyakinan itu. Karena Allah, sesuai dengan apa yang kita sangka.
Tidak patut untuk kita kufur, lalu tersungkur kedalam kebencian Ilahi. Karena Allah bukan beserta orang-orang yang tidak pandai bersyukur atas ni'mat-ni'matnya. Allah senantiasa bersama orang-orang yang selalu meminta padaNya, bukan pada yang lain.
Semoga kita selalu memohon kepada Allah agar dijadikan golonganNya yang senantiasa bersyukur tanpa menyakiti makhluk-makhlukNya di atas muka bumi ini. Dan kita selalu ikhtiar seraya mengingatkan rekan, kerabat, keluarga kita, agar senantiasa mendekat pada Allah dengan cara yang baik dan benar, insyallah.
Mari kita tutup dengan tasbih kifarah,
subhanakallahumma wabihamdika ashadualla ilaaha illa anta, astagfiruka wa-atubuh ilaiiih.
Comments
Post a Comment