Renungan Pengguna IT (Teknologi)

Oleh : Abdullah Muadz

Dalam surah
Al-Anfaal (8) ayat 60, Allah menyuruh kita agar mempersiapkan segala kekuatan
yang kita miliki untuk berjuang menegakkan Kalimah Allah SWT. Kekuatan sarana
perjuangan pada saat ini yang paling dahsyat adalah Media Informasi, Menurut
Alvin Toffler “ Siapa saja yang menguasai
informasi hari ini dialah yang akan menjadi pemenang di masa yang akan
datang”. Sudah sewajarnya kita menaruh perhatian yang tinggi terhadap sarana
Media Informasi ini.

Di antara
perangkat yang digunakan untuk mengakses infomasi itu adalah Komputer, baik
berupa laptop maupun PC. Sehingga kehadiran sarana tersebut tidak mungkin kita
hindari. Dan akan sangat berbahaya di masa yang akan datang jika mengabaikan
sunnatullah. Kemungkinan kita akan terus menjadi pecundang dalam era
pertempuran dan persaingan global seperti sekarang ini.

Sebagaimana
peralatan lain yang bersifat netral, ia bisa digunakan untuk apa saja, untuk
kebaikan, kejahatan atau kemaksiatan. Seperti sebuah golok, kita bisa gunakan
memotong hewan qurban, sehingga bernilai
ibadah dan mendapat pahala, tetapi juga bisa membunuh orang tanpa sebab,
sehingga bernilai maksiat kejahatan dan mendapat dosa, dengan alat yang sama
yaitu golok.

Sangat istimewa
lagi pada sarana Media Informasi, jika disalahgunakan sengaja atau tidak, maka
bisa membawa kerusakan yang sangat dahsyat, bahkan bisa membawa kehancuran anak
bangsa. Inilah yang harus menjadi perhatian dan keprihatinan kita bersama. Sudah semestinya sekarang kita membangun
gerakan kesadaran bersama akan arti kehidupan kita. Bahwa berbagai sarana yang
kita miliki mari kita kembalikan kepada fungsinya semula, yaitu sarana hidup,
bukan tujuan hidup.

Perbedaan yang
sangat prinsip antara kehidupan manusia dan binatang adalah pada Misi Hidupnya.
Dalam Surat Muhammad (47) ayat 12, bahwa
misi hidup binatang serta tugasnya adalah hanya makan, tidur, kawin dan
bersenang-senang. Sementara misi hidup
manusia adalah Ibadah dan menjadi Khalifah Allah di muka bumi ini. Jadi jika
ada manusia yang sehari-harinya hanya memikirkan dan bekerja untuk
kesenangan indrawinya serta kenikmatan hidup, berarti persis sama dengan
binatang.


Diantara indra
yang cukup besar dan mendapat perhatian Dari Allah SWT adalah Pandangan
Mata. Di dalam Surat An-Nuur (24) ayat : 30 – 31 Allah SWT berbicara khusus
mengenai pandangan mata, itu berarti
Allah Maha mengetahui , bahwa mata punya kekuatan yang luar biasa, punya daya
dorong yang sangat kuat. Seseorang bisa
melakukan kebaikan diawali karena ingin melampiaskan keingianan mata,
sebaliknya bisa melakukan kejahatan juga
diawali ingin melampiaskan
keinginan mata kemudian tidak terkendali, akhirnya terdorong melakukan
kejahatan, sekali lagi , semua diawali dari mata. Seorang pemuda pelaku perbuatan terkutuk
menodai paksa seorang mahasiswi, dalam pengadilan dia mengaku melakukan
perbuatan itu setelah menonton Film yang tidak baik. Perusahan elektronik
berlomba mengeluarkan produk Televisi dengan layar yang semakin

lebar,
juga
perusahan HP berlomba untuk menampilkan tampilan di layar yang indah.
Semua itu demi melampiaskan keinginan mata. Tidak bisa kita
pungkiri lagi bahwa memang mata punya kekuatan yang luar biasa.

Allah
menjadikan manusia sebagai makhluk yang bermartabat, terhormat dan tempat yang
paling mulia (Surah Al-Israa’(17) ayat : 70 ) Kemudian Allah SWT melengkapi
kita dengan akal fikiran, perasaan serta fitrah untuk melakukan kebaikan.
Diantara syukur kita kepada Allah SWT, dengan mempertahankan kedudukan dan
martabat yang telah dianugrahkan Allah SWT kepada kita. Kita berupaya meninggalkan berbagai bentuk selera murahan, acara
sampah, mentalitas hewan, kesenangan indra, hiburan bangkai busuk, kesenangan
dan kenikmatan sesaat, kebuasan keberingasan, keganasan kesadisan, cinta
syahwati, pembunuhan karakter, ekslpoitasi nafsu dan perasaan, penjegalan akal
sehat dan hati nurani, glamour hedonism, eksploitasi birahi, goyang ngebor dan
strepties jahannam, pameran bokong dan ketiak, cerita tanpa bobot, lawakan
murahan tanpa pesan, yang semuanya hanya untuk kesenangan dan kenikmatan
sesaat, sementara si produser hanya memikirkan keuntungan.

Demi kasih
sayang Allah kepada kita semua, agar manusia jangan sampai jatuh derajatnya
menjadi “Asfala Safiliin..”. maka Allah
membimbing kita, termasuk dalam mengendalikan Pandangan Mata . sehingga manusia
akan tetap bertahan pada kedudukannya sebagai Abdullah dan Khalifatullah. Jika
kita tidak mampu mengendalikan sarana yang kita miliki termasuk laptop/PC, maka
kedudukan kita bukan hanya sekedar jatuh melebihi hewan, tetapi juga jatuh
melebihi para penyembah benda-benda Alam, seperti penyembah matahari, bulan
bintang, sapi bebek, ubi singkong dan sebaginya.

Sebodoh-bodoh penyembah
benda-benda alam masih ada argumen yang agak rasional. Kata orang jepang
matahari banyak manfaatnya, kalo tidak ada matahari kita semua bisa mati, dan
matahari sudah ada sebelum kita lahir. Mereka juga tidak merasa diperbudak oleh
matahari, karena penyembahannya hanya berlangsung beberapa menit saja di pagi
hari. Sama halnya juga dengan para penyembah benda-benda lainnya seperti bulan bintang, dan lain-lain, mereka punya
argumentasi yang sama.


Sangat berbeda orang zaman sekarang yang katanya Modern kadang jauh lebih bego dari penyembah
matahari. Kata bego sudah sangat halus
dari pada harus dibilang Idiot. Bagaimana tidak, mereka menyembah
ciptaannya sendiri, mengagung-agungkan ciptaannya sendiri, rela diperbudak oleh
ciptaanya sendiri, rela bergadang sampai pagi hanya untuk menonton selera
murahan, rela mengorbankan waktu belajar hanya untuk main game, rela membeli berkeping-keping CD yang isinya sampah-sampah bau yang sangat busuk.
Rela melotot di depan TV menonton Ghibah, yang hukumnya dalam Islam sama dengan
memakan bangkai saudaranya.

Semua sarana
hidup sepantasnya mampu kita kendalikan, bukan sebaliknya. Sarana haruslah
tetap sarana bukan tujuan.
Menjadikan sarana sebagai tujuan
berarti menjatuhkan diri sendiri kelembah kehinaan yang paling dalam
(surah
Al-Baqarah(2) ayat ; 195). Ayam, kambing, sapi dan sebagainya diciptakan
untuk makanan manusia, jadi untuk mengabdi kepada makhluk yang lebih
tinggi, karena manusia lebih tinggi derajatnya dari ayam. Sehingga
tujuan hidup
ayam memang untuk dimakan manusia, pengabdian ayam memang untuk dimakan
makhluk
diatasnya (surah An-Nahl (16) ayat : 65-69). Lalu bagaimana tujuan diciptakan manusia,
tentu bukan untuk ayam, kambing atau sapi, apalagi benda-benda buatan. Silahkan renungkan jika ada manusia yang
merelakan hidupnya untuk mengabdi kepada barang ciptaannya sendiri, sehingga
tanpa disadari hari-hari hidupnya hanya diperbudak oleh barang ciptaannya
sendiri. Nauzubillah min zaalik…

Jika kebutuhan
nonton sebagai refresing 1jam saja perhari, sudah melebihi waktu sholat 5 kali
sehari. Itupun masih harus dilihat isi tontonannya, komitmen kita sebagai
seorang muslim/muslimah, bahwa kita harus meninggalkan perkataan dan perbuatan
yang sia-sia (surah Al-Mu’minuun (23) ayat : 3) jadi nonton pun dalam rangka
ibadah kita kepada Allah SWT. Sangat proporsional kalo kita jadikan hiburan ini
sebagai selingan dalam hidup, agar tidak mengalami kejenuhan, berarti yang
namanya selingan adalah sejenak. Kalo hiburan menghabiskan waktu kita,
sampai melalaikan tugas dan kewajiban lain, bahkan membuat kita menjadi lalai,
malas, santai, kurang gerak, easygoing, tak acuh, tidak bisa konsen, tidak bisa
fokus, tidak bisa tekun, tidak bisa diajak berfikir agak rumit, tidak tahan duduk
lama dan sebagainya itu berarti hiburan telah menjadi tujuan.

Akibat
eksploitasi perasaan dan selera hewan yang berlebihan, maka akal menjadi buntu,
kreatifitas positif menjadi tumpul, hati menjadi keras, nafsu semakin jalang,
muka semakin tebal, kulit seperti kulit badak, hilang rasa malu dan sebagainya.
Mendengar kata internet yang pertama terbesit hanya facebook, twitter, youtube
dan YM. Begitu berhadapan dengan laptop dengan internetnya seperti ada tembok
yang sangat tebal, baik di jari tangan maupun di akal fikiran untuk
membuka-buka ribuan situs yang bermanfaat dengan konten IPTEK dan IMTAK,
seperti lumpuh, tidak bisa bergerak otak dan jari tangannya untuk memencet
tombol positif. Seandainya tidak segera kita
sadari akan hal ini, berarti hanya tinggal waktu saja kapan saat-saat
kehancuran bangsa ini. Nau’zubillah.. min zaaliik..

Solusi internal dari tausyiah ini, marilah kita bangun kembali,
Visi, Misi serta Orientasi Hidup kita kembali. Dari mana kehidupan ini, untuk
apa hidup ini, akan kemana setelah kehidupan ini..? Kemudian kita buat kongkrit
program hidup kita sebagai manusia, bukan malaikat atau binatang, agar hari-hari
penuh dengan makna. Selanjutnya kita
buat agenda yang ketat, jangan sampai ada waktu yang lowong untuk syaithan dan
para begundalnya masuk disela-sela kekosongan waktu itu. Dilanjutkan mencari
sarana dan prasarana yang bisa mendukung tercapainya cita-cita yang kita
inginkan dan akhirnya kita membutuhkan lingkungan yang kondusif, agar bisa menjaga
komitment, karena kita butuh pengingat, serta bantuan orang-orang disekitar
kita untuk sama-sama saling tolong-menolong untuk kesuksesan bersama….

Comments

Popular posts from this blog

Bermula dari kebiasaan

Arah Tindakan

Dalam Keadaan Apapun Mintalah PadaNya